Mencari keridhoan Allah swt

Download Ebook Islam 1

Al-Qur’an,
Teks [998 KB]  Download
Digital [9.5 MB]  Download



Terjemah shahih muslim 1 [7.3 MB]    Download

Terjemah shahih muslim 2 [6.9 MB]    Download

Terjemah shahih muslim 3 [6.3 MB]    Download

Terjemah shahih muslim 4 [6.5 MB]    Download

Terjemah shahih muslim 5 [6.1 MB]    Download

Terjemah shahih muslim 6 [7.2 MB]    Download

Ibnul Qayyim – Jangan Dekati Zina [541 KB]    Download  

Imam Nawawi – Keutamaan Membaca & Mengaji al-Qur’an [424 KB]      Download

Dan Binasalah Yahudi [423 KB]    Download
  
Sehari di kediaman rasulullah saw [320 KB]    Download



BangsaMusnah.chm

Matematika Alam Semesta.chm (191 Kb)       Download
Pendidikan-anak-dalam-islam    Download

Nama Indah Untuk Anak (Putra) (150 KB)  Download
 

Nama Indah Untuk Anak (Putri) (104 KB)  Download

Fiqih Nikah    Download   

Tatanan Rumah Islami    Download

Abdullah Bin Hudzafah Al Sahmy

ilustrasi

Tokoh kisah ini adalah seorang pria dari kalangan sahabat yang bernama Abdullah bin Hudzafah Al Sahmy.Sejarah dapat saja berlalu atas tokoh kita ini sebagaimana sejarah terus berlalu terhadap jutaan bangsa Arab sebelum Abdullah tanpa memberikan perhatian khusus kepada mereka. Akan tetapi Islam yang agung memberikan kesempatan kepada Abdullah bin Hudzafah Al Sahmy untuk bertemu dengan pemimpin dunia saat itu yaitu Kisra Raja Persia dan Kaisar yang agung raja Romawi.
 

Bersama dua pemimpin besar ini, Abdullah mencatat kisah yang senantiasa diingat orang dan terus dikisahkan oleh lisan sejarah sepanjang masa. Adapun kisah Abdullah dengan Kisra raja Persia itu terjadi pada tahun ke enam hijriyah saat Nabi Saw berniat untuk mengirimkan beberapa rombongan sahabatnya dengan membawa surat kepada para raja berkebangsaan non-arab untuk mengajak mereka masuk ke dalam Islam.

Rasulullah Saw sudah memprediksikan bahaya dari tugas ini. Para utusan Rasul tadi akan berangkat menuju negeri-negeri yang jauh yang belum pernah mengadakan kerjasama dan kesepakatan dengan Islam sebelumnya. Para utusan tadi tidak mengerti bahasa-bahasa negeri yang akan didatanginya dan mereka juga tidak sedikitpun mengerti watak para raja tadi. Para utusan tadi juga akan mengajak para raja untuk meninggalkan agama mereka, melepaskan kebesaran dan kekuasaan serta masuk ke dalam sebauh agama suatu kaum.

Ini merupakan sebuah ekspedisi berbahaya. Sebab yang berangkat ke sana dapat menghilang sedang yang kembali dari ekspedisi ini hanya tinggal anaknya saja.Oleh karenanya Rasulullah Saw mengumpulkan para sahabatnya . Beliau berdiri dihadapan mereka dalam sebuah khutbah: Setelah memuji Allah, mengucapkan syahadat Beliau bersabda: “Amma ba’du. Aku ingin mengutus beberapa orang dari kalian untuk datang kepada beberapa orang raja non-Arab. Janganlah kalian membantah aku sebagaimana Bani Israil membantah Isa putra Maryam.”

Para sahabat Rasulullah Saw menyambut dengan berseru: “Ya Rasulullah, kami akan mendukung apapun yang kau inginkan. Kirimlah kami kemana saja engkau inginkan.” Rasulullah Saw mengutus 6 orang sahabatnya untuk membawa surat dari Beliau kepada beberapa orang raja Arab dan non-Arab. Salah seorang dari ke enam utusan tadi adalah: Abdullah bin Hudzafah Al Sahmy yang diutus untuk membawa surat Nabi Saw kepada Kisra raja Persia.

Para sahabat Rasulullah Saw menyambut dengan berseru: “Ya Rasulullah, kami akan mendukung apapun yang kau inginkan. Kirimlah kami kemana saja engkau inginkan.”

Rasulullah Saw mengutus 6 orang sahabatnya untuk membawa surat dari Beliau kepada beberapa orang raja Arab dan non-Arab. Salah seorang dari ke enam utusan tadi adalah: Abdullah bin Hudzafah Al Sahmy yang diutus untuk membawa surat Nabi Saw kepada Kisra raja Persia, Abdullah serta-merta mempersiapkan bekalnya. Ia mengucapkan kata perpisahan kepada istri dan anaknya. Ia lalu berangkat menuju tempat tujuannya yang melalui berbagai lereng dan bukit dataran tinggi maupun rendah. Ia lakukan perjalanan tersebut sendirian tanpa ada teman yang mengiringi selain Allah Swt.


Saat ia sampai di perkampungan wilayah Persia, ia memohon izin untuk dapat masuk kepada rajanya. Dan para permbantu raja memperingatkan bahaya dari surat yang dibawa Abdullah kepada raja. Mendengar itu raja Kisra memerintahkan para pembantunya untuk menghias istana, lalu ia megundang para pembesar bangsa Persia untuk dapat hadir dalam kesempatan ini.

Kemudian Kisra mengizinkan Abdullah bin Hudzafah untuk datang. Lalu datanglah Abdullah bin Hudzafah menghadap pemimpin Persia dengan menggunakan selendang tipis yang menutupi tubuhnya, ia juga mengenakan baju panjang berbahan kasar yang ditutupi dengan selendang khusus bangsa Arab. Akan tetapi ia memiliki leher yang tegak. Postur tubuh yang tegap. Dari
tulang rusuknya terlihat keagungan Islam. Dalam hatinya menyala kebesaran iman.

Begitu Kisra melihat Abdullah datang menghadap, ia langsung memberi isyarat kepada salah seorang pembantunya untuk mengambil surat dari tangan Abdullah, maka Abdullah langsung berkata: “Jangan, Rasulullah Saw menyuruhku untuk menyerahkan surat ini langsung ke tanganmu, dan aku tidak ingin melanggar perintah Rasulullah.”

Kisra langsung memerintahkan kepada semua pembantunya: “Biarkan ia mendekat kepadaku.” Maka Abudllah langsung mendekat ke arah Kisra sehingga ia dapat langsung menyerahkan surat tersebut ke tangan Kisra. Lalu Kisra memanggil seorang juru tulis berkebangsaan Arab dari negeri Al Hirah dan ia memerintahkan untuk membuka surat tersebut dihadapannya. Dan Kisra meminta juru tulis tadi untuk membacakannya: “ Bismillahirrahmanirrahim, dari Muhammad Rasulullah kepada Kisra yang Agung raja Persia. Keselamatan bagi orang yang mengikuti petunjuk...” Begitu Kisra mendengar isi surat sebagaimana yang telah dibacakan kepadanya, maka tersulutlah api amarah dalam dadanya. Wajahnya menjadi merah. Keringatnya mengucur deras dari leher karena dalam surat tersebut Rasulullah Saw memulai dengan menyebut dirinya sendiri. Lalu ia langsung menyambar surat tersebut dan merobeknya tanpa ia tahu apa yang ada dalam isi surat itu.


Ia pun langsung berseru: “Apakah ia berani menuliskan hal ini kepadaku, padahal dia adalah budakku?!!” Lalu ia memerintahkan para pengawalnya untuk mengeluarkan Abdullah bin Hudzafah dari hadapannya. Dan akhirnya Abdullah dibawa keluar. Abdullah bin Hudzafah keluar meninggalkan ruang sidang Kisra. Ia sendiri tidak tahu ketentuan Allah yang bagaimana yang akan terjadi pada dirinya.... Apakah ia akan dibunuh atau dibiarkan hidup dengan bebas?

Akan tetapi ia masih sempat berujar: “Demi Allah, aku tidak peduli akan nasibku setelah aku menyampaikan surat Rasulullah Saw... Iapun langsung menaiki kendaraannya dan akhirnya berangkat. Begitu amarah Kisra mereda, ia memerintahkan untuk membawa masuk kembali Abdullah; namun ia tidak ditemukan... para pembantu raja lalu mencarinya, namun sayang Abdullah telah pergi tanpa jejak. Merekapun terus mengejar sepanjang jalan hingga ke jazirah Arab, dan mereka menyadari bahwa Abdullah telah pergi jauh.
Begitu Abdullah datang menghadap Nabi Saw ia menceritakan apa yang terjadi dengan Kisra dan surat Nabi Saw yang dirobeknya. Rasul Saw tidak menanggapi dengan ucapan apa-apa selain: “Allah akan merobek- robek kerajaannya.”

Kisra kemudian mengirim surat kepada Badzan wakilnya yang berada di Yaman. Dalam suratnya Kisra berpesan: “Kirimlah kepada orang yang ada di Hijaz ini (Muhammad) dua orang kuat yang kau miliki. Dan suruhlah mereka berdua membawanya menghadapku...” Maka Badzan mengutus dua orang terbaiknya kepada Rasulullah Saw, dan lewat kedua orang tadi Badzan menitipkan surat kepada Rasul yang didalamnya terdapat perintah kepada Rasul untuk berangkat bersama kedua orang utusannya untuk menghadap Kisra sesegera mungkin.

Badzan juga meminta kedua utusannya untuk mencari informasi tentang diri dan kisah Rasulullah, dan meminta keduanya melaporkan setiap informasi tentang diri Beliau. Kedua orang utusan tadi berangkat dengan kecepatan tinggi sehingga keduanya tiba di daerah Thaif. Mereka berdua bertemu dengan para pedagang dari suku Quraisy. Begitu melihat mereka, keduanya langsung menanyakan tentang diri Muhammad Saw. Para pedagang Quraisy menjawab: “Mereka kini ada di Yatsrib.” Kemudian para pedagang tadi melanjutkan perjalanan ke Mekkah dengan gembira, dan mereka membawa kabar gembira kepada suku Quraisy sambil berkata: “Bergembiralah! Kisra sekarang akan menghantam Muhammad dan kalian tidak usah lagi khawatir akan kejahatannya.”

Sedang kedua utusan tadi langsung menuju Madinah. Tatkala sampai disana mereka berdua bertemu dengan Nabi Saw. Mereka lalu menyerahkan surat Badzan kepada Beliau sambil berkata: “Raja diraja Kisra menuliskan surat kepada raja kami Badzan untuk mengutus seseorang yang dapat membawamu menghadapnya... Kami kini sudah datang untuk menjemputmu. Jika kau ingin, kami dapat berbicara kepada Kisra sehingga ia tidak mencelakakanmu dan membiarkanmu selamat. Jika kau menolak, kau sudah mengerti kekuatan, kebengisan dan kemampuannya untuk membunuhmu dan semua kaummu.”

Lalu Rasulullah Saw tersenyum sambil bersabda kepada mereka berdua: “Kembalilah lagi ke tunggangan kalian hari ini, dan datanglah esok!.” Begitu mereka berdua datang menghadap lagi kepada Nabi di hari esoknya, mereka berdua berkata: “Apakah kau sudah mempersiapkan diri untuk berangkat bersama kami menghadap Kisra?” Nabi Saw menjawab mereka dengan bersabda: “Kalian tidak akan bertemu dengan Kisra lagi setelah ini.... Allah telah membunuhnya; dengan mengangkat putranya yang bernama Syirawaih di malam ini.... Dan bulan ini.”

Mereka berdua lalu menatap tajam wajah Nabi Saw, dan nampak keterkejutan di wajah mereka berdua. Keduanya bertanya: “Apakah engkau mengerti apa yang kau katakan? Apakah kami perlu menulis surat tentang hal ini kepada Badzan?”

Rasul Saw menjawab: “Silahkan dan katakan kepadanya bahwa agamaku akan dapat menguasai apa yang telah dikuasai oleh Kisra dan jika ia mau masuk ke dalam Islam, aku akan membiarkan apa yang telah ia miliki dan menjadikannya sebagai raja bagi kaumnya.”

Akhirnya kedua utusan tadi pergi meninggalkan Rasulullah Saw dan mereka pergi menghadap Badzan. Keduanya menceritakan kisahnya. Badzan lalu berkata: “Jika apa yang dikatakan Muhammad adalah benar maka dia adalah seorang Nabi, namun jika tidak maka kami akan mengambil keputusan atasnya.”

Tidak lama berselang maka tibalah kepada Badzan surat dari Syirawaih yang didalamnya tertulis: “Amma ba’du... Aku telah membunuh Kisra. Aku membunuhnya karena ingin membalas dendam bangsaku. Karena ia telah memerintahkan untuk membunuh para pembesar bangsa, menjadikan wanita-wanitanya sebagai budak dan merampas harta rakyat. Jika surat ini telah sampai di tanganmu maka engkau dan seluruh pengikutmu harus tunduk dan taat kepadaku.”

Begitu Badzan membaca surat dari Syirawaih, ia langsung membuang surat tersebut dan ia mengumumkan bahwa ia masuk Islam. Karenanya, maka seluruh bangsa Persia yang berada di Yaman masuk Islam bersamanya.

Demikianlah kisah perjumpaan Abdullah bin Hudzafah dengan Kisra raja Persia. Lalu bagaimana kisah perjumpaannya dengan Kaisar yang Agung raja Romawi? Perjumpaan Abdullah dengan Kaisar terjadi pada masa khilafah Umar bin Khattab ra. Dan Umar punya kisah tersendiri dengan Abdullah yang termasuk kisah paling menakjubkan.

Pada tahun 19 Hijriyah, Umar mengirimkan pasukan untuk berperang dengan Romawi yang didalamnya terdapat Abdullah bin Hudzafah Al Sahmy.... Kaisar raja Romawi sudah mendengar tentang kisah pasukan kaum muslimin dan sifat mereka yang memiliki iman yang kuat, akidah yang kokoh dan rela mengorbankan jiwa di jalan Allah dan Rasul-Nya. Kaisar memerintahkan kepada pasukannya –jika mereka dapat menangkap seorang tawanan dari pasukan kaum muslimin- hendaknya tidak diapa-apakan akan tetapi dibawa menghadapnya hidup-hidup.

Kehendak Allah menetapkan bahwa Abdullah bin Hudzafah Al Sahmy menjadi tawanan bangsa Romawi. Maka para pasukan Romawi membawa Abdullah menghadap Kaisar. Para pasukan tadi berkata kepadanya: “Ini adalah seorang sahabat Muhammad yang masuk Islam lebih dahulu, dan ia berhasil kami tangkap; dan kini kami membawanya menghadapmu.” Raja Romawi memadang ke arah Abdullah bin Hudzafah dengan seksama,lalu ia berkata kepadanya: “Aku akan menawarkan sesuatu kepadamu.” Abdullah bertanya: “Apa itu?” Kaisar menjawab: “Aku menawarkan kepadamu untuk masuk ke dalam agama Nashrani. Jika kau mau, aku akan membiarkanmu hidup dan membuatmu hidup muia.” Maka Abdullah menjawab dengan sengit dan tegas: “Tidak akan bagiku. Kematian 1000 kali lebih aku sukai daripada memenuhi ajakanmu.”

Kaisar lalu berkata: “Menurutku engkau adalah seorang yang mulia. Jika kau mau menerima tawaranku maka aku akan menjadikanmu sebagai pembantuku dan aku akan berbagi kekuasaan denganmu.” Abdullah yang sedang dalam kondisi terikat itu tersenyum seraya berkata: “Demi Allah, andai saja kau beri aku seluruh apa yang kau miliki dan semua yang dimiliki bangsa Arab agar aku keluar dari agama Muhammad sekejap saja, maka aku tidak akan pernah melakukannya.”

Kaisar berkata: “Kalau begitu, aku akan membunuhmu.” Abdullah menjawab: “Lakukan saja apa yang kau inginkan.” Kemudian Kaisar memerintahkan ag ar Abdullah disalib. Kemudian ia memerintahkan para juru tombaknya untuk melontarkan tombak ke arah tangan Abdullah, karena ia berani menolak untuk masuk agama Nasrani. Kaisar pun memerintahkan kepada ju ru tombaknya untuk melemparkan tombak ke arah kaki Abdullah karena ia berani menolak untuk meninggalkan agamanya.

Setelah itu, Kaisar meminta para juru tombaknya berhenti dan menyuruh mereka untuk menurunkan Abdullah dari tiang salib. Kemudian Kaisar meminta sebuah tungku besar yang berisikan minyak. Ia lalu menyalakan api sehingga mendidih. Lalu ia memanggil pembantunya untuk membawa dua orang tawanan dari kaum muslimin lainnya. Lalu Kaisar memerintahkan agar salah seorang dari tawanan tadi dimasukkan ke dalam tungku tadi. Maka serta merta dagingnya langsung terburai... dan tulangnya menjadi kelihatan.

Lalu Kaisar menoleh ke arah Abdullah bin Hudzafah dan mengajaknya untuk masuk ke dalam agama Nashrani. Namun Abdullah menolaknya dengan lebih keras lagi. Tatkala kesabaran Kaisar sudah habis, ia menyuruh pembantunya untuk memasukkan Abdullah ke dalam tungku bersama kedua sahabatnya tadi. Tatkala para pengawal membawa Abdullah, maka kedua matanya mengeluarkan air mata. Maka para p engawal tadi memberitahukan Kaisar bahwa Abdullah telah menangis.

Kaisar menduga bahwa Abdullah sudah merasa takut dan ia berkata: “Bawa kembali dia menghadapku!” Tatkala Abdullah sudah berada di hadapan Kaisar. Kaisar menawarkan agama Nasrani kembali kepadanya dan ia pun masih menolak. Maka Kaisar menjadi berang karenanya seraya berkata: “Celaka kamu, lalu apa yang membuatmu menangis tadi?” Abdullah menjawab: “Yang membuat aku menangis adalah saat aku berkata dalam diri sendiri: ‘Sebentar lagi kau akan dimasukkan ke dalam tungku dan ruhmu akan pergi. Dan aku berharap aku memiliki ruh yang banyak sejumlah rambut yang berada di badanku, sehingga semuanya dimasukkan ke dalam tungku
dan mati di jalan Allah.”

Maka Kaisar yang lalim bertanya: “Maukah kau mencium kepalaku sehingga aku akan membebaskanmu?” Abdullah balik bertanya: “Apakah engkau juga akan membebaskan semua tawanan kaum muslimin?” Kaisar menjawab: “Semuanya akan aku bebaskan.” Abdullah lalu berkata dalam dirinya: “Dia adalah salah satu musuh Allah. Aku harus mencium kepalanya sehingga ia akan membebaskanku dan semua tawanan muslimin. Menurutku ini bukanlah hal yang dapat membawa mudharat.”

Kemudian Abdullah mendekat ke arah Kaisar dan iapun mencium kepala Kaisar. Lalu Kaisar memerintahkan untuk membawa semua tawanan muslimin menghadapnya dan kemudian mereka semua dibebaskan.

Abdullah bin Hudzafah datang menghadap Umar bin Khattab ra. Ia mengisahkan ceritanya; Umar langsung gembira dibuatnya. Tatkala Umar melihat semua tawanan yang bersamanya ia berujar: “Menjadi kewajiban bagi setiap muslim untuk mencium kepala Abdullah bin Hudzafah... dan aku sendiri yang akan memulainya.” Lalu Umar berdiri dan mencium kepala Abdullah.

Abu Ubaidah Ibnu Al Jarrah



Dia memiliki wajah yang tenang. Paras yang berwibawa. Badan yang
kurus. Postur yang tinggi. Alis yang tipis... Sedap dipandang mata. Enak untuk dilihat. Damai terasa di hati. Dia juga adalah orang yang ramah. Suka rendah hati. Pemalu. Akan tetapi dalam situasi serius ia bagai seekor singa yang menerkam. 


Dia serupa dengan mata pedang yang begitu indah dan berkarisma, dan
juga tajam dan dapat membabat layaknya pedang. Dialah  Amir bin Abdullah bin Al Jarrah Al
Fihry Al Qurasy yang dipanggil dengan nama Abu Ubaidah. 


Abdullah bin Umar ra pernah mendeskripsikan sosoknya dengan ucapannya: Tiga orang dari suku Quraisy yang paling terkemuka. Memiliki akhlak yang paling baik. Paling pemalu. Jika mereka berbicara denganmu maka mereka tidak akan berdusta. Dan jika engkau berbicara dengan mereka, mereka tak akan mendustaimu. Ketiganya adalah: Abu Bakar As Shiddiq, Utsman bin Affan dan Abu Ubaidah bin Al Jarrah. 

Abu Ubaidah adalah termasuk orang pertama yang masuk ke dalam Islam. Ia masuk Islam sehari setelah Abu Bakar. Ia memeluk Islam karena jasa Abu Bakar. Abu Bakar mengajak Abu Ubaidah, Abdurrahman bin Auf, Utsman bin Mazh’un dan Al Arqam bin Abi Al Arqam datang menghadap Nabi Saw dan menyatakan dihadapan Beliau kalimat kebenaran. Dan mereka semua menjadi pilar pertama tempat dibangunnya kerajaan Islam yang agung.
 

Abu Ubaidah mengalami pengalaman keras yang dirasakan kaum muslimin selagi berada di Mekkah sejak pertama hingga akhir. Dia juga merasakan penderitaan kaum muslimin pada masa-masa awal atas segala penderitaan, sakit dan kesedihan yang tidak pernah dirasakan oleh para pengikut agama dimuka bumi ini. Namun ia tetap teguh menghadapi ujian ini, dan senantiasa mentaati dan membenarkan Allah dan Rasul-Nya dalam segala kondisi. Akan tetapi ujian yang diderita oleh Abu Ubaidah pada perang Badr adalah sebuah penderitaan yang tidak dapat digambarkan oleh siapapun.

Ketika perang Badr, Abu Ubaidah menyerang di antara barisan dengan begitu berani dan tak memiliki kegentaran sedikitpun. Kaum musyrikin jadi takut dibuatnya. Ia berputar-putar di medan laga seolah tidak takut mati. Para penunggang kuda suku Quraisy menjadi gentar dibuatnya dan mereka berusaha menjauhi diri dari Abu Ubaidah setiap kali bertemu. Akan tetapi ada seorang diantara mereka yang senantiasa mengajak duel Abu Ubaidah  ke mana saja ia pergi, dan Abu Ubaidah senidiri selalu menjauhkan diri darinya. Orang tersebut akhirnya menutup semua jalan bagi Abu Ubaidah, dan berdiri membatasi ruang gerak Abu Ubaidah sehingga tidak dapat membunuh musuh Allah lainnya. Saat Abu Ubaidah sudah merasa geram, maka Abu Ubaidah melayangkan pedangnya ke arah kepala orang tadi sehingga terbelah dua; dan akhirnya orang itu tewas dihadapan Abu Ubaidah. Orang itu tak lain adalah Abdullah bin Al Jarrah ayah dari Abu Ubaidah.

Abu Ubaidah tidak membunuh ayahnya, akan tetapi ia membunuh kemusyrikan yang berada dalam diri ayahnya. Maka Allah Swt menurunkan sebuah ayat tentang Abu Ubaidah dan ayahnya yang berbunyi:


Yang artinya:

“Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka.Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka denga pertolongan yang
datang daripada-Nya. Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya.Allah ridha terhadap mereka dan merekapun merasa puas
terhadap (limpahan rahmat)-Nya.Mereka itulah golongan Allah.Ketahuilah, bhwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung.” (QS. Al-Mujadilah [58] : 22).



Bagi Abu Ubaidah ini bukanlah sebuah hal yang menakjubkan. Kekuatan imannya kepada Allah dan pembelaannya kepada agama, dan amanah kepada ummat Muhammad telah mencapai sebuah posisi yang dicita-citakan oleh sebuah jiwa yang besar di sisi Allah. Muhammad bin Ja’far berkisah: Sebuah rombongan Nasrani datang kepada Nabi Saw dan mereka berkata: “Wahai Abu Qasim, utuslah kepada kami salah seorang sahabatmu yang kau sukai untuk memutuskan sebuah perkara tentang harta kami yang membuat kami menjadi berselisih, karena kalian wahai kaum muslimin adalah orang-orang yang kami sukai.” Rasulullah Saw langsung menjawab: “Datanglah kepadaku malam hari, nanti aku akan mengirimkan seorang yang kuat dan terpercaya kepada kalian.” Umar bin Khattab berkata: “Maka aku pergi berangkat shalat Zhuhur lebih awal. Dan aku tidak pernah berharap mendapatkan jabatan pada hari itu kecuali pada hari itu agar aku menjadi orang yang ditunjuk untuk menyelesaikan perkara ini. Begitu Rasulullah Saw menyelesaikan shalat Zhuhurnya, Beliau melihat ke kanan dan ke kiri. Aku berusaha meninggikan badanku agar terlihat olehnya. Ia tetap saja menyisirkan pandangannya kepada kami sehingga Beliau melihat ke arah Abu Ubaidah bin Al Jarrah. Beliau langsung memanggilnya seraya bersabda: ‘Pergilah kepada mereka. Putuskanlah perkara yang tengah mereka perselisihkan dengan benar!’ dan akhirnya Abu Ubaidah pergi ke tempat mereka.”


Abu Ubaidah bukan saja merupakan orang yang amanah, akan tetapi ia juga merupakan orang yang sanggup mengkombinasikan kekuatan dengan amanah. Kekuatan yang dimilikinya ini sering kali muncul dalam banyak kesempatan:  Suatu hari Rasulullah Saw mengutus sekelompok orang dari para sahabatnya untuk mencegat sebuah kafilah suku Quraisy. Dan Rasulullah Saw menunjuk sebagai Amir (pemimpin) mereka adalah Abu Ubaidah ra. Rasulullah membekali mereka dengan sekantong kurma saja. Abu Ubaidah memberikan hanya satu kurma saja kepada masing-masing sahabatnya dalam sehari. Maka setiap orang menghisap kurma tersebut sebagaimana seorang bayi menghisap payudara ibunya, kemudian mereka meminum air. Dan semuanya merasa cukup dengan makanan seperti itu hingga malam hari.

Dalam perang Uhud saat kaum muslimin mengalami kekalahan dan kaum musyrikin mulai meneriakkan: “Tunjukkan kepadaku dimana Muhammad! Tunjukkan kepadaku dimana Muhammad! Saat itu Abu Ubaidah adalah salah seorang dari jamaah yang melindungi Rasulullah
Saw dengan dada mereka dari serangan tombok musyrikin. Saat perang sudah usai, gigi geraham Rasulullah pecah. Kening Beliau memar. Dan di pipi Beliau ada dua buah biji baja yang menempel. Maka Abu Bakar As Shiddiq datang menghampiri Rasulullah Saw untuk mencabut kedua biji bahwa tersebut dari pipi Beliau. Maka Abu Ubaidah berkata kepada Abu Bakar: “Aku bersumpah kepadamu, biarkan aku saja yang melakukannya.” Maka Abu Bakar pun membiarkan Abu Ubaidah melakukannya. Lalu Abu Ubaidah merasa khawatir jika ia mencabut dengan tangannya maka akan membuat Rasulullah Saw merasa sakit. Maka Abu Ubaidah menggigit salah satu biji baja tadi dengan gigi serinya dengan bergitu kuat. Ia berhasil mengeluarkan biji baja tersebut dan satu gigi serinya pun ikut tanggal... Kemudian ia menggigit biji baja yang kedua dengan gigi serinya yang lain, kali ini ia pun berhasil mengeluarkannya dan satu giginya lagi-lagi ikut tanggal. Abu Bakar berkata: “Abu Ubaidah adalah manusia yang paling bagus dalam menanggalkan giginya.”


Abu Ubaidah turut serta bersama Rasulullah Saw semua peperangan sejak ia mengenal Rasul hingga Beliau wafat.

Saat hari Tsaqifah, Umar berkata kepada Abu Ubaidah: “Ulurkan tanganmu agar dapat aku bai’at, sebab aku pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda: ‘Setiap ummat memiliki seorang Amin (orang yang dipercaya), dan engkau adalah Aminummat ini.”
Abu Ubaidah menjawab: “Aku tidak akan maju di hadapan seorang pria yang diperintahkan Rasulullah Saw untuk menjadi imam kita dalam shalat, dan kita mempercayainya sehingga Rasulullah Saw wafat.” Kemudian Abu Bakar pun di bai’at. Dan Abu Ubaidah adalah penasihat dan kawan Abu Bakar yang terbaik dalam masalah kebenaran. Kemudian Abu Bakar menyerahkan khilafah setelahnya kepada Umar bin Khattab. Abu Ubaidah juga tunduk dan taat kepada Umar. Ia tidak pernah melanggar perintah Umar kecuali satu kali saja.Apakah engkau tahu masalah apakah yang membuat Abu Ubaidah melanggar perintah khalifah?! Hal itu terjadi saat Abu Ubaidah bin Al Jarrah sedang memimpin pasukan muslimin di negeri Syam dari satu kemenangan ke kemenangan yang lain, sehingga Allah berkenan untuk menaklukkan semua daerah Syam di bawah komandonya.

Pasukan yang dipimpinnya berhasil menaklukkan sungai Eufrat di daerah timur dan Asia kecil di utara.Pada saat itu dinegeri Syam sedang mewabah penyakit Thaun yang belum pernah diketahui oleh manusia saat itu sebelumnya; Penyakit tersebut berhasil membunuh banyak manusia. Maka Umar bin Khattab berinisiatif untuk mengutus seorang utusan kepada Abu Ubaidah dengan membawa sebuah surat yang berbunyi: “Aku memerlukan bantuanmu tanpa interupsi sedikitpun darimu. Jika suratku ini datang kepadamu pada malam hari, maka dengan segera aku memintamu untuk datang kepadaku tanpa perlu menunggu datangnya shubuh. Jika suratku ini datang kepadamu pada waktu siang. Aku meminta segera kepadamu untuk datang kepadaku tanpa perlu menunggu hingga senja tiba.” Begitu Abu Ubaidah menerima surat dari Umar Al Faruq, ia berkata: “Aku mengerti kepentingan Amirul Mukminin terhadap diriku. Ia menginginkan agar aku tetap hidup meski yang lainnya binasa.” Lalu ia menuliskan sebuah surat kepada Amirul Mukminin yang berbunyi: “Wahai Amirul Mukminin, Aku mengerti kepentinganmu terhadap diriku. Aku kini sedang bersama para tentara muslimin dan aku tidak ingin menjaga diriku agar terhindar dari penyakit yang mereka derita. Aku tidak ingin meninggalkan mereka sehingga Allah menentukan keputusannya bagi diriku dan mereka. Jika suratku ini telah sampai kepadamu, maka biarkanlah aku, dan izinkan aku untuk tetap tinggal di sini.


Begitu Umar membaca surat Abu Ubaidah, maka ia langsung menangis dan matanya langsung sembab. Maka orang yang berada disekelilingnya bertanya –karena merasa heran dengan tangis Umar yang begitu keras-: “Apakah Abu Ubaidah telah meninggal, wahai Amirul Mukminin?” Ia menjawab: “Tidak, akan tetapi kematian telah mengintainya.” Benar dugaan Umar, karena tidak lama kemudian Abu Ubaidah terkena Thaun. Begitu ia menjelang kematian ia berwasiat kepada tentaranya: “Aku berwasiat kepada kalian, jika kalian menerimanya kalian akan senantiasa berada dalam kebaikan: Dirikanlah shalat, tunaikan zakat,jalankan puasa Ramadhan, bersedekahlah, berhaji dan berumrahlah, saling wasiat, dan taatlah kepada pemimpin kalian dan jangan kalian melanggarnya! Janganlah dunia membuat kalian lalai. Karena meski seseorang diberi umur 1000 tahun maka pastilah ia akan merasakan kondisi seperti yang kalian lihat pada diriku ini.

Allah telah menetapkan kematian kepada anak Adam dan mereka semua akan mati. Yang paling bijak di antara mereka adalah yang paling taat kepada Tuhannya, dan yang paling mengerti akan hari pembalasan. Wassalamu’alaikum Wr.Wb.”
Kemudian ia menoleh ke arah Muadz bin Jabal seraya berkata: “Ya Muadz, imamilah manusia untuk shalat!” Begitu ia menghembuskan nafas terakhirnya, maka Muadz pun berdiri dan berseru: “Wahai manusia, kalian telah dibuat kaget oleh seorang pria yang demi Allah aku tidak pernah tahu bahwa aku pernah melihat seorang pria yang begitu lapang dadanya, senantiasa menjauhi kedengkian, dan amat berpesan tentang ummat ini yang lebih baik darinya. Maka mohonlah rahmat Allah baginya dan semoga Allah merahmati kalian!”

Download film Muhammad Al-Fatih Sub indo



Sutradara     : Faruk Aksoy
Naskah        : Atilla Engin (screenplay), Irfan Saruhan (script writer)
Aktor           : Devrim Evin, Ibrahim Celikkol, Dilek Serbest 
Biografi  Muhammad Al-Fatih disini

Download 

Muhammad al-Fatih



Muhammad al-Fatih adalah salah seorang raja atau sultan Kerajaan Utsmani yang paling terkenal. Ia merupakan sultan ketujuh dalam sejarah Bani Utsmaniah. Al-Fatih adalah gelar yang senantiasa melekat pada namanya karena dialah yang mengakhiri atau menaklukkan Kerajaan Romawi Timur yang telah berkuasa selama 11 abad.
Sultan Muhammad al-Fatih memerintah selama 30 tahun. Selain menaklukkan Binzantium, ia juga berhasil menaklukkan wilayah-wilayah di Asia, menyatukan kerajaan-kerajaan Anatolia dan wilayah-wilayah Eropa, dan termasuk jasanya yang paling penting adalah berhasil mengadaptasi menajemen Kerajaan Bizantium yang telah matang ke dalam Kerajaan Utsmani.

Muhammad al-Fatih dilahirkan pada 27 Rajab 835 H/30 Maret 1432 M di Kota Erdine, ibu kota Daulah Utsmaniyah saat itu. Ia adalah putra dari Sultan Murad II yang merupakan raja keenam Daulah Utsmaniyah.
Sultan Murad II memiliki perhatian yang besar terhadap pendidikan anaknya. Ia menempa buah hatinya agar kelak menjadi seorang pemimpin yang baik dan tangguh. Perhatian tersebut terlihat dari Muhammad kecil yang telah menyelesaikan hafalan Alquran 30 juz, mempelajari hadis-hadis, memahami ilmu fikih, belajar matematika, ilmu falak, dan strategi perang. Selain itu, Muhammad juga mempelajari berbagai bahasa, seperti: bahasa Arab, Persia, Latin, dan Yunani. Tidak heran, pada usia 21 tahun Muhammad sangat lancar berbahasa Arab, Turki, Persia, Ibrani, Latin, dan Yunani, luar biasa!
Walaupun usianya baru seumur jagung, sang ayah, Sultan Murad II, mengamanati Sultan Muhammad memimpin suatu daerah dengan bimbingan para ulama. Hal itu dilakukan sang ayah agar anaknya cepat menyadari bahwa dia memiliki tanggung jawab yang besar di kemudian hari. Bimbingan para ulama diharapkan menjadi kompas yang mengarahkan pemikiran anaknya agar sejalan dengan pemahaman Islam yang benar.

Sultan Muhammad II diangkat menjadi Khalifah Utsmaniyah pada tanggal 5 Muharam 855 H bersamaan dengan 7 Febuari 1451 M. Program besar yang langsung ia canangkan ketika menjabat sebagai khalifah adalah menaklukkan Konstantinopel.
Sultan Muhammad II juga menyiapkan lebih dari 4 juta prajurit yang akan mengepung Konstantinopel dari darat. Pada saat mengepung benteng Bizantium banyak pasukan Utsmani yang gugur karena kuatnya pertahanan benteng tersebut. Pengepungan yang berlangsung tidak kurang dari 50 hari itu, benar-benar menguji kesabaran pasukan Utsmani, menguras tenaga, pikiran, dan perbekalan mereka.
Pertahanan yang tangguh dari kerajaan besar Romawi ini terlihat sejak mula. Sebelum musuh mencapai benteng mereka, Bizantium telah memagari laut mereka dengan rantai yang membentang di semenanjung Tanduk Emas. Tidak mungkin bisa menyentuh benteng Bizantium kecuali dengan melintasi rantai tersebut.
Akhirnya Sultan Muhammad menemukan ide yang ia anggap merupakan satu-satunya cara agar bisa melewati pagar tersebut. Ide ini mirip dengan yang dilakukan oleh para pangeran Kiev yang menyerang Bizantium di abad ke-10, para pangeran Kiev menarik kapalnya keluar Selat Bosporus, mengelilingi Galata, dan meluncurkannya kembali di Tanduk Emas, akan tetapi pasukan mereka tetap dikalahkan oleh orang-orang Bizantium Romawi. Sultan Muhammad melakukannya dengan cara yang lebih cerdik lagi, ia menggandeng 70 kapalnya melintasi Galata ke muara setelah meminyaki batang-batang kayu. Hal itu dilakukan dalam waktu yang sangat singkat, tidak sampai satu malam.
Di pagi hari, Bizantium kaget bukan kepalang, mereka sama sekali tidak mengira Sultan Muhammad dan pasukannya menyeberangkan kapal-kapal mereka lewat jalur darat. 70 kapal laut diseberangkan lewat jalur darat yang masih ditumbuhi pohon-pohon besar, menebangi pohon-pohonnya dan menyeberangkan kapal-kapal dalam waktu satu malam adalah suatu kemustahilan menurut mereka, akan tetapi itulah yang terjadi.

Peperangan dahsyat pun terjadi, benteng yang tak tersentuh sebagai simbol kekuatan Bizantium itu akhirnya diserang oleh orang-orang yang tidak takut akan kematian. Akhirnya kerajaan besar yang berumur 11 abad itu jatuh ke tangan kaum muslimin. Peperangan besar itu mengakibatkan 265.000 pasukan umat Islam gugur. Pada tanggal 20 Jumadil Awal 857 H bersamaan dengan 29 Mei 1453 M, Sultan al-Ghazi Muhammad berhasil memasuki Kota Konstantinopel. Sejak saat itulah ia dikenal dengan nama Sultan Muhammad al-Fatih, penakluk Konstantinopel.
Saat memasuki Konstantinopel, Sultan Muhammad al-Fatih turun dari kudanya lalu sujud sebagai tanda syukur kepada Allah. Setelah itu, ia menuju Gereja Hagia Sophia dan memerintahkan menggantinya menjadi masjid. Konstantinopel dijadikan sebagai ibu kota, pusat pemerintah Kerajaan Utsmani dan kota ini diganti namanya menjadi Islambul yang berarti negeri Islam, lau akhirnya mengalami perubahan menjadi Istanbul.


Silahkan download film Muhammad Al-Fatih disini

Kunci syurga




Dalam sebuah hadis menceritakan, pada zaman dahulu ada seorang lelaki wukuf di Arafah. Dia berhenti di lapangan luas. Pada waktu itu orang sedang melakukan ibadat haji. Wukuf di Arafah adalah rukun haji yang sangat penting. Bahkan wukuf di Arafah itu disebut sebagai haji yang sebenarnya kerana apabila seorang itu berwukuf di padang Arafah dianggap hajinya telah sempurna walaupun yang lainnya tidak sempat dilakukan.

Sabda Rasulullah mengatakan :
"Alhajju Arafat" (Haji itu wukuf di Arafah)
Rupanya lelaki itu tadi masih belum mengenali Islam dengan lebih mendalam. Masih dalam istilah 'muallaf'. Semasa wukuf, ia mengambil tujuh biji batu lalu berkata pada batu itu :
"Hai batu-batu, saksikanlah olehmu bahawa aku bersumpah bahwa tidak ada tuhan melainkan Allah dan Muhammad itu pesuruh Allah."
Setelah itu ia pun tertidur. Ia meletakkan ketujuh batu itu di bawah kepalanya. Tidak lama kemudian ia bermimpi seolah-olah telah datang kiamat. Dalam mimpi itu juga dia diperiksa segala amalanya. Setelah selesai pemeriksaan, ternyata dia harus masuk ke dalam neraka. Maka dia pun pergi ke neraka dan hendak memasuki salah satu daripada pintu-pintunya.

Tiba-tiba batu kecil yang dikumpulnya tadi datang dekat pintu neraka tersebut. Malaikat azab telah berada di situ. Semua malaikat itu menolaknya masuk ke pintu neraka tersebut. Kemudian dia pun pergi ke pintu lain. Para malaikat itu tetap berusaha hendak memasukkannya ke dalam neraka tapi tidak dapat karena batu mengikuti ke mana saja dia pergi.

Akhirnya habislah ketujuh pintu neraka didatanginya. Para malaikat yang akan menyiksa orang-orang yang masuk neraka berusaha sekuat tenaga untuk menolak lelaki itu dalam neraka tetapi tidak bisa. Sampai di pintu neraka yang ketujuh, neraka itu pun tidak mau menerimanya kerana ada batu yang mengikutinya. Ketujuh-tujuh batu itu seolah-olah membentengi lelaki itu  memasuki neraka. Kemudian dia naik ke Arasy di langit yang ketujuh. Di situlah Allah berfirman yang bermaksud :
"Wahai hambaku, aku telah menyaksikan batu-batu yang engkau kumpulkan di padang Arafah. Aku tidak akan menyia-nyiakan hakmu. Bagaimana aku akan menyia-nyiakan hakmu sedangkan aku telah menyaksikan 'syahadat' yang engkau ucapkan itu. Sekarang masuklah engkau ke dalam syurga."

Begitu ia  menghampiri pintu syurga itu, tiba-tiba pintu syurga itupun terbuka lebar. Rupanya kunci syurga itu adalah kalimat syahadat yang diucapkannya dahulu.