Mengungkap Ya'juj Ma'juj
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Allah azza wa jalla berfirman, ‘Hai Adam!’. Adam menjawab, ‘Aku memenuhi panggilan-Mu’. Allah berfirman, ‘Bangkitlah pada hari kebangkitan neraka!’. Adam pun bertanya, ‘Apakah hari kebangkitan neraka itu ya Allah?’. Allah berfirman, ‘Dari setiap seribu, yang sembilan ratus sembilan puluh sembilan itu ke neraka. Sedangkan yang masuk surga hanya satu. Pada hari itu, anak-anak kecil menjadi beruban dan orang-orang hamil pun melahirkan janinnya’. Lalu Allah melanjutkan firmannya, ‘Sesungguhnya ada diantara keturunanmu yang terdiri dari dua ummat, Aku memperbanyak mereka dalam sesuatu. Mereka adalah YA’JUJ dan MA’JUJ’” (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu.)
"Allah mengeluarkan Yakjuj dan Makjuj pada kahir zaman kelak selepas terbunuhnya Dajjal. Mereka keluar dengan jumlah yang banyak (seperti belalang atau lebih banyak lagi) hingga jika mereka melewati Tasik Tiberia, mereka akan meminum air tasik itu hingga habis. Lalu orang yang dibelakang mereka ketika melewati tasik itu berkata, "Dahulu di tasik ini ada air." Kemudian mereka mengepung Nabi Isa dan pengikutnya di Gunung Thur hingga Nabi Isa dan pengikutnya tersiksa dan akhirnya mereka meminta kepada Allah supaya Yakjuj dan Makjuj dibinasakan. Allah pun mengirimkan ulat-ulat ke leher mereka hingga mereka binasa seketika itu dan menimbulkan bau yang busuk. Lalu Allah menurunkan hujan yang membawa mayat-mayat mereka ke laut dan juga mengirim burung-burung yang membawa jasad mereka ke laut."
- Asal usul Ya'juj Ma'juj.
Berdasarkan pendapat yang paling kuat, Ya-juj dan Ma-juj merupakan isim ‘Ajam dan Laqab (julukan). Para ulama sepakat, bahwa Ya-juj dan Ma-juj termasuk spesies manusia. Hanya saja, para ulama berbeda dalam menentukan siapa nenek moyangnya. Ada yang menyebutkan dari sulbi Adam ‘alaihis salam dan Hawa atau dari Adam saja. Ada pula yang menyebut dari sulbi Nabi Nuh ‘alaihis salam dari keturunan Syis/At-Turk menurut hadits Ibnu Katsir. Sebagaimana dijelaskan dalam tarikh, Nabi Nuh mempunyai tiga anak, Sam, Ham, Syis/At-Turk. Ada lagi yang menyebut keturunan dari Yafuts bin Nuh.
Menurut Imam Al-Alusi, Wahab bin Munabbih, Yakjuj dan Makjuj berasal dari kalangan anak-anak Yafith bin Nuh a.s. Al-Kisai menyatakan dalam kitab Al-Ara'is bahawa Yafith ada lima anak iaitu Jumar, Banras, Asyar, Askuwail dan Mayasheikh, dan Yakjuj dan Makjuj berasal dari keturunan Asyar. Hadis dari Ibnu Abi Hatim dan Hakim melalui Abu Hurairah menyatakan bahawa Yakjuj dan Makjuj adalah dari keturunan Yafith bin Nuh a.s. Sesetengah ulama berpendapat bahawa Yakjuj dan Makjuj adalah dari keturunan Yafith yaitu bapak bangsa Turki, dan mereka menamakannya sebagai bangsa Turki kerana Yakjuj dan Makjuj itu "terpisah atau tinggal" pada satu arah di belakang tembok.
Menurut Al-Maraghi, Ya-juj dan Ma-juj berasal dari satu ayah yaitu Turk. Ya-juj adalah At-Tatar (Tartar) dan Ma-juj adalah Al-Maghul (Mongol). Mereka tinggal di Asia bagian Timur dan menguasai dari Tibet, China sampai Turkistan Barat dan Tamujin, namun keterangan ini tidak kuat.
- Tembok ya'juj ma'juj.
Dzul Qarnain mendapati kaum itu, “Suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan” (QS. Al-Kahfi (18) : 93). Untuk mempertahankan diri, mereka tidak bisa lagi dan sangat ketakutan kepada kezaliman dan kerusakan yang diperbuat oleh Ya’juj dan Ma’juj.
Kaum itu berkata, “Wahai Dzul Qarnain, sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj itu orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan suatu pembayaran kepadamu, supaya kamu dapat membuat DINDING PEMISAH antara kami dan mereka?” (QS. Al-Kahfi (18) : 94)
Dzul Qarnain menolak tawaran harta dari kaum itu karena dia sudah mencukupi dengan harta yang diberikan Allah kepadanya. Ia hanya mengharap pahala jika dapat menolong mereka. Dzul Qarnain lalu berkata, “Maka tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat)” (QS. Al-Kahfi (18) : 95)
Meskipun Dzul Qarnain mempunyai banyak bala tentara dan pengikut, ia tetap meminta pertolongan kaum tersebut dan tetap bertawakkal kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Inilah yang dinamakan MELAKSANAKAN SEBAB-SEBAB. Mereka lalu mengumpulkan harta, alat-alat, dan bersama-sama membantu Dzul Qarnain membangun DINDING PEMISAH dan menutup celah-celah diantara kedua gunung itu supaya dapat menutup jalan keluar terakhir bagi Ya’juj dan Ma’juj. Dzul Qarnain memenjarakan Ya’juj dan Ma’juj di negerinya sendiri. Bangunan seperti bendungan itu terbuat dari besi. Dinding dan tiang besarnya terdiri dari potongan-potongan besi dan tembaga.
Dzul Qarnain memerintahkan mereka, “Berilah aku potongan-potongan besi” (QS. Al-Kahfi (18) : 96)
Maka kaum itu pun mendatangkan potongan-potongan besi kepadanya. Kemudian dia meletakkan potongan-potongan besi itu bertumpuk satu sama lainnya diatas pondasi. Dan akhirnya besi-besi itu sama rata tingginya dengan kedua puncak gunung itu. Jadi, banunan itu bentuknya benar-benar tinggi dan besar.
“Hingga apabila besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu” (QS. Al-Kahfi (18) :96)
Lalu Dzul Qarnain berkata, “Tiuplah (api itu)”. Sebagaimana pandai besi meniup api dengan semprongnya. Mereka pun menyalakan api pada seluruh besi itu hingga membara.
“Beri aku tembaga (yang mendidih) agar aku tuangkan keatas besi panas itu” (QS. Al-Kahfi (18) : 96)
Tembaga mendidih pun dialirkan keseluruh permukaan besi. Sungguh suatu pekerjaan yang sangat sulit dilakukan bahkan untuk dibayangkan. Membangun sebuah DInding Pemisah diantara dua buah gunung tinggi terbuat dari besi dan tembaga. Itulah kelebihan yang diberikan Allah kepada Dzul Qarnain. Suatu mukjizat seperti Allah mengilhamkan Nuh alaihissalam untuk membuat sebuah bahtera yang sangat besar. Maka Dzul Qarnain membuat sebuah Dinding besar yang menyatukan dua buah gunung yang tinggi dengan bahan-bahan yang tidak lazim pada masa itu yaitu BESI dan TEMBAGA.
Adapun Ya’juj dan Ma’juj, “Maka mereka tidak bisa mendakinya dan mereka tidak bisa (pula) melobanginya” (QS. Al-Kahfi (18) : 97)
Keberadaan besi dan tembaga itu membuatnya sangat licin dan sangat sulit untuk didaki ataupun dilobangi. Akhirnya Ya’juj dan Ma’juj terpenjara di balik kedua gunung itu dan kaum itu pun merasa aman.
- Letak tembok ya'juj ma'juj.
Konon, Al-Watsiq pernah bermimpi tembok penghalang yang dibangun Iskandar Dzul Qarnain untuk memenjarakan Ya’juj-Ma’juj terbuka. Mimpi itu mendorong Khalifah untuk mengetahui perihal tembok itu saat itu, juga lokasi pastinya. Al-Watsiq menginstruksikan kepada Sallam untuk mencari tahu tentang tembok itu. Saat itu Sallam ditemani 50 orang. Penelitian tersebut memakan biaya besar. Tersebut dalam Nuzhat al-Musytaq, buku geografi, karya al-Idrisi, Al-Watsiq mengeluarkan biaya 5000 dinar untuk penelitian ini.
Rombongan Sallam berangkat ke Armenia. Di situ ia menemui Ishaq bin Ismail, penguasa Armenia. Dari Armenia ia berangkat lagi ke arah utara ke daerah-daerah Rusia. Ia membawa surat dari Ishaq ke penguasa Sarir, lalu ke Raja Lan, lalu ke penguasa Faylan (nama-nama daerah ini tidak dikenal sekarang). Penguasa Faylan mengutus lima penunjuk jalan untuk membantu Sallam sampai ke pegunungan Ya’juj-Ma’juj.
27 hari Sallam mengarungi puing-puing daerah Basjarat. Ia kemudian tiba di sebuah daerah luas bertanah hitam berbau tidak enak. Selama 10 hari, Sallam melewati daerah yang menyesakkan itu. Ia kemudian tiba di wilayah berantakan, tak berpenghuni. Penunjuk jalan mengatakan kepada Sallam bahwa daerah itu adalah daerah yang dihancurkan oleh Ya’juj dan Ma’juj tempo dulu.
Selama 6 hari, berjalan menuju daerah benteng. Daerah itu berpenghuni dan berada di balik gunung tempat Ya’juj Ma’juj berada. Sallam kemudian pergi menuju pegunungan Ya’juj-Ma-juj. Di situ ia melihat pegunungan yang terpisah lembah. Luas lembah sekitar 150 meter. Lembah ini ditutup tembok berpintu besi sekitar 50 meter.
Dalam Nuzhat al-Musytaq, gambaran Sallam tentang tembok dan pintu besi itu disebutkan dengan sangat detail (Anda yang ingin tahu bentuk detailnya, silakan baca: Muzhat al-Musytaq fi Ikhtiraq al-Afaq, karya al-Syarif al-Idrisi, hal. 934 -938).
Al-Idrisi juga menceritakan bahwa menurut cerita Sallam penduduk di sekitar pegunungan biasanya memukul kunci pintu besi 3 kali dalam sehari. Setelah itu mereka menempelkan telinganya ke pintu untuk mendengarkan reaksi dari dalam pintu. Ternyata, mereka mendengar gema teriakan dari dalam. Hal itu menunjukkan bahwa di dalam pintu betul-betul ada makhluk jenis manusia yang konon Ya-juj-Ma-juj itu.
Dalam Nuzhat al-Musytaq, al-Syarif al-Idrisi juga menuturkan bahwa Sallam pernah bertanya kepada penduduk sekitar pegunungan, apakah ada yang pernah melihat Ya-juj-Ma-juj. Mereka mengaku pernah melihat gerombolan orang di atas tembok penutup. Lalu angin badai bertiup melemparkan mereka. Penduduk di situ melihat tubuh mereka sangat kecil. Setelah itu, Sallam pulang melalui Taraz (Kazakhtan), kemudian SamarkanD (Uzbekistan), lalu kota Ray (Iran), dan kembali ke istana al-Watsiq di Surra Man Ra’a, Iraq. Ia kemudian menceritakan dengan detail hasil penelitiannya kepada Khalifah.
Rombongan Sallam berangkat ke Armenia. Di situ ia menemui Ishaq bin Ismail, penguasa Armenia. Dari Armenia ia berangkat lagi ke arah utara ke daerah-daerah Rusia. Ia membawa surat dari Ishaq ke penguasa Sarir, lalu ke Raja Lan, lalu ke penguasa Faylan (nama-nama daerah ini tidak dikenal sekarang). Penguasa Faylan mengutus lima penunjuk jalan untuk membantu Sallam sampai ke pegunungan Ya’juj-Ma’juj.
27 hari Sallam mengarungi puing-puing daerah Basjarat. Ia kemudian tiba di sebuah daerah luas bertanah hitam berbau tidak enak. Selama 10 hari, Sallam melewati daerah yang menyesakkan itu. Ia kemudian tiba di wilayah berantakan, tak berpenghuni. Penunjuk jalan mengatakan kepada Sallam bahwa daerah itu adalah daerah yang dihancurkan oleh Ya’juj dan Ma’juj tempo dulu.
Selama 6 hari, berjalan menuju daerah benteng. Daerah itu berpenghuni dan berada di balik gunung tempat Ya’juj Ma’juj berada. Sallam kemudian pergi menuju pegunungan Ya’juj-Ma-juj. Di situ ia melihat pegunungan yang terpisah lembah. Luas lembah sekitar 150 meter. Lembah ini ditutup tembok berpintu besi sekitar 50 meter.
Dalam Nuzhat al-Musytaq, gambaran Sallam tentang tembok dan pintu besi itu disebutkan dengan sangat detail (Anda yang ingin tahu bentuk detailnya, silakan baca: Muzhat al-Musytaq fi Ikhtiraq al-Afaq, karya al-Syarif al-Idrisi, hal. 934 -938).
Al-Idrisi juga menceritakan bahwa menurut cerita Sallam penduduk di sekitar pegunungan biasanya memukul kunci pintu besi 3 kali dalam sehari. Setelah itu mereka menempelkan telinganya ke pintu untuk mendengarkan reaksi dari dalam pintu. Ternyata, mereka mendengar gema teriakan dari dalam. Hal itu menunjukkan bahwa di dalam pintu betul-betul ada makhluk jenis manusia yang konon Ya-juj-Ma-juj itu.
Dalam Nuzhat al-Musytaq, al-Syarif al-Idrisi juga menuturkan bahwa Sallam pernah bertanya kepada penduduk sekitar pegunungan, apakah ada yang pernah melihat Ya-juj-Ma-juj. Mereka mengaku pernah melihat gerombolan orang di atas tembok penutup. Lalu angin badai bertiup melemparkan mereka. Penduduk di situ melihat tubuh mereka sangat kecil. Setelah itu, Sallam pulang melalui Taraz (Kazakhtan), kemudian SamarkanD (Uzbekistan), lalu kota Ray (Iran), dan kembali ke istana al-Watsiq di Surra Man Ra’a, Iraq. Ia kemudian menceritakan dengan detail hasil penelitiannya kepada Khalifah.
Abdullah Yusuf Ali dalam tafsir The Holy Qur’an menulis bahwa di distrik Hissar, Uzbekistan, 240 km di sebelah tenggara Bukhara, ada celah sempit di antara gunung-gunung batu. Letaknya di jalur utama antara Turkestan ke India. Tempat itu kini bernama buzghol-khana dalam bahasa Turki, tetapi dulu nama Arabnya adalah bab al hadid. Orang Persia menyebutnya dar-i-ahani. Orang Cina menamakannya tie-men-kuan. Semuanya bermakna pintu gerbang besi.
Hiouen Tsiang, seorang pengembara Cina pernah melewati pintu berlapis besi itu dalam perjalanannya ke India di abad ke-7. Tidak jauh dari sana ada danau yang dinamakan Iskandar Kul. Di tahun 842 Khalifah Bani Abbasiyah, al-Watsiq, mengutus sebuah tim ekspedisi ke gerbang besi tadi. Mereka masih mendapati gerbang di antara gunung selebar 137 m dengan kolom besar di kiri kanan terbuat dari balok-balok besi yang dicor dengan cairan tembaga, tempat bergantung daun pintu raksasa. Persis seperti bunyi surat Al Kahfi. Pada Perang Dunia II, konon Winston Churchill, pemimpin Inggris, mengenali gerbang besi itu.
Hiouen Tsiang, seorang pengembara Cina pernah melewati pintu berlapis besi itu dalam perjalanannya ke India di abad ke-7. Tidak jauh dari sana ada danau yang dinamakan Iskandar Kul. Di tahun 842 Khalifah Bani Abbasiyah, al-Watsiq, mengutus sebuah tim ekspedisi ke gerbang besi tadi. Mereka masih mendapati gerbang di antara gunung selebar 137 m dengan kolom besar di kiri kanan terbuat dari balok-balok besi yang dicor dengan cairan tembaga, tempat bergantung daun pintu raksasa. Persis seperti bunyi surat Al Kahfi. Pada Perang Dunia II, konon Winston Churchill, pemimpin Inggris, mengenali gerbang besi itu.
Kalau menurut penuturan Ibnu Bathuthah dalam kitab Rahlat Ibn Bathuthah, pegunungan Ya’juj-Ma’juj berada sekitar perjalanan 6 hari dari Cina. Penuturan ini tidak bertentangan dengan al-Syarif al-Idrisi. Soalnya di sebelah Barat Laut Cina adalah daerah-daerah Rusia.
0 komentar:
Posting Komentar