Mencari keridhoan Allah swt

Hantu menurut pandangan islam

Ilustrasi


Masyarakat Indonesia mengenal berbagai jenis hantu sehingga banyak istilah yang muncul untuknya. Misalnya: kuntilanak, sundel bolong, tuyul, pocong, genderuwo, siluman dan masih banyak lagi lainnya.

Pembahasan tentang hantu merupakan pembahasan yang penting karena berhubungan erat dengan aqidah. Namun, pembahasan ini cukup jarang yang mengupasnya terlebih pembahasan yang berlandaskan dalil. Oleh karenanya, kami merasa perlu untuk membahasnya sebab banyaknya kerancuan seputar masalah ini, bahkan ada anggapan sebagian kalangan bahwa Islam tidak membahas tentangnya, bahkan ada yang melampaui batas sehingga menganggap bahwa hantu adalah salah satu Tuhan. Maha Suci Allah dari ucapan mereka.

Nah, tulisan ini akan lebih difokuskan pada hadits-hadits Nabi yang membicarakan tentang "hantu" karena dalam sebagian hadits ada penjelasan tentang adanya hantu tetapi dalam hadits lain ada penjelasan bahwa hantu itu tidak ada. Lantas, bagaimana cara mengkompromikannya?


- Hadist yang tidak membenarkan adanya hantu

Dari Jabir berkata, "Rasulullah SAW bersabda, 'Tidak ada penyakit menular, thiyarah (merasa sial), dan Ghul (hantu)."

SHAHIH. Diriwayatkan Imam Muslim dalam Shahih-nya no. 2222, Ibnu Jarir ath-Thabari dalam Tahdzibul Atsar no. 25, Ali bin Ja'ad dalam Musnad-nya no. 2693, al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah no. 3251, Ahmad dalam Musnad-nya 3/293, Ibnu Abi Ashirn dalam as-Sunnah no. 281, ath-Thahawi dalam Musykilul Atsar 1/340 seluruhnya dari jalur Abu Zubair dari Jabir.

Dan riwayat Abu Zubair dari Jabir adalah lemah, sebab Abu Zubair adalah seorang mudallis (menyembunyikan cacat) dan dia meriwayatkan dengan lafazh 'an (dari). Namun, hadits itu shahih karena dalam jalur lain telah ditegaskan bahwa Abu Zubair mendengar langsung dari Jabir, sebagaimana dalam jalur Ibnu Juraij dalam riwayat Ibnu Jarir dalam Tahdzibul Atsar no. 26, ath-Thahawi dalam Musykilul Atsar 1/340, Ibnu Abi Ashim dalam as-Sunnah no. 268, Ibnu Hibban dalam Shahih-nya no. 6095.

Hadits ini sangat jelas menunjukkan penafian (peniadaan) adanya Ghul. Apa yang dimaksud dengan Ghul? Berikut ini ungkapan beberapa ucapan ulama dan ahli bahasa tentangnya:

- Ibnu Duraid berkata, "Ghul menurut orang Arab adalah tukang sihir dari kalangan setan dan jin. Inilah pendapat al-Ashma'i."

-
Ibnul Manzhur berkata, "Ghul adalah penyihir dari jin."

- Ibnu Katsir berkata, "Ghul dalam bahasa Arab artinya jin yang tampak di malam hari."

-
Al-Jahidz berkata, "Ghul adalah ungkapan untuk jin yang mengganggu orang yang bepergian dan menjelma dalam beberapa bentuk, baik berjenis pria atau wanita."

Dari sini dapat kita ketahui bahwa hantu (Ghul) bukanlah arwah gentayangan atau orang mati yang bisa hidup kembali arwahnya untuk balas dendam, karena semua itu adalah khurafat yang batil, sejenis dengan reinkarnasi yang merupakan aqidah orang-orang kafir yang dibatalkan oleh Islam.


- Hadist yang membenarkan adanya hantu

Hadits di atas menunjukkan bahwa hantu itu tidak ada, namun dalam hadits lainnya Nabi SAW menetapkan adanya hantu, diantaranya adalah hadits Abu Ayyub sebagai berikut:

Dari Abu Ayyub bercerita bahwa dirinya memiliki sebuah rak/lemari kecil, lalu hantu datang seraya mengambil  isinya. Akhirnya beliau mengeluhkan hal itu kepada Nabi SAW, maka Nabi SAW berkata kepadanya, "Apabila kamu melihatnya maka katakanlah: 'Dengan nama Allah, penuhilah Rasulullah.'" Ketika hantu itu datang lagi, maka Abu Ayyub mengatakan seperti yang dipesankan Nabi SAW seraya menangkapnya, tetapi hantu itu mengatakan, "Saya berjanji tidak akan datang lagi kemari." Mendengarnya, Abu Ayyub melepaskannya.


Ketika dia bertemu dengan Nabi SAW maka Nabi bertanya kepadanya, "Apa yang diperbuat oleh tawananmu?" Abu Ayyub menjawab, "Saya menangkapnya tetapi dia berjanji padaku untuk tidak kembali lagi sehingga saya lepaskan lagi." Nabi SAW bersabda, "Dia akan kembali lagi." (Kata Abu Ayyub:) Saya telah menangkapnya dua atau tiga kali tetapi dia selalu berjanji padaku untuk tidak kembali lagi. Suatu saat ketika saya menangkapnya, dia mengatakan padaku, "Lepaskanlah aku dan saya akan mengajarkan kepadamu sebuah ucapan yang jika engkau membacanya niscaya engkau tidak diganggu oleh setan yaitu bacaan Ayat Kursi." Abu Ayyub lalu datang kepada Nabi SAW seraya mengabarkan omongan hantu tersebut, lalu Nabi SAW bersabda, "Dia benar dalam hal ini, padahal dia adalah pembohong."

SHAHIH. Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi no. 2880, Ibnu Abi Syaibah dalam al-Mushannaf 10/397-398, ath-Thabarani dalam al-Mu'jam al- Kabir no. 4011, Abu Nu'aim dalam Daldil Nubuwwah hlm. 526, al-Hakim dalam al-Mustadrak 3/459, ath-Thahawi dalam Musykilul Atsar 5/423.

Hadits ini memiliki banyak jalur dan penguat dari hadits Ka'ab bin Malik, Abu Hurairah, Muadz bin Jabal, Buraidah, Abu Usaid as- Sa'idi, dan sebagainya. Oleh karenanya, Imam Hakim  berkata, "Hadits-hadits ini apabila kumpulkan maka menjadi hadits yang masyhur." Dan Imam Dzahabi  berkata mengomentari hadits di atas, "Ini adalah jalur hadits ini yang paling bagus." Dan dishahihkan Syaikh Albani  dalam Shahih Sunan at-Tirmidzi no. 2880.

Hadits ini dan hadits-hadits lainnya menunjukkan tentang adanya hantu. Hal ini di-perkuat oleh ucapan sebagian ulama bahwa banyak para sahabat yang melihat hantu, di antaranya adalah Umar bin Khaththab. Imam Qurthubi  juga berkata, "Mayoritas orang Arab banyak bercerita dan mengaku bahwa mereka pernah melihat hantu."

Dan dalam hadits ini terdapat faedah lainnya yaitu mungkinnya seorang untuk melihat jin dan hantu tetapi bukan dengan bentuk asli mereka dan bahwasanya hantu bisa berubah-rubah wujudnya5 karena mereka adalah tukang sihir dari kalangan jin sebagaimana kata Umar bin Khaththab  'Tidak ada seorang pun yang bisa berubah dari wujud asli ciptaan Allah, tetapi pada mereka (jin) terdapat tukang sihir seperti pada kalian (manusia). Karena itu, jika kalian melihat hantu maka kumandangkan adzan."

Al-Hafizh Ibnu Hajar  berkata, "Banyak sekali hadits yang menunjukkan bahwa mereka bisa berubah wujud. Ahli kalam berselisih tentang hal itu. Ada yang berpendapat bahwa itu hanya fiktif/khayalan belaka dan tidak ada yang bisa berubah wujud. Dan ada yang berpendapat bahwa mereka bisa berubah wujud tetapi bukan dengan kemampuan mereka namun dengan melakukan ritual-ritual seperti sihir."

Bila kita cermati dua hadits di atas, sekilas nampak ada kontradiksi, sebab di satu sisi Nabi SAW meniadakan adanya Ghul (hantu), tetapi di sisi lain beliau juga menetapkan wujudnya. Oleh karena itu, para ulama berusaha untuk menjelaskan duduk permasalahan tersebut dan pendapat mereka terpopular menjadi tiga pendapat

Pendapat pertama

Mereka mengatakan: Hantu hanyalah untuk meriakuti-nakuti saja tetapi sebenarnya wujud mereka tidak pernah ada. Di antara yang berpendapat demikian adalah al-Mabrid, Abdurrahman al-Maidani, dan Syaikh Muhammad Rasyid Ridha beliau mengatakan, "Pendapat yang kuat dan masuk akal bahwa hantu itu hanyalah fiktif dan khayalan belaka yang tidak ada faktanya. Bisa jadi orang yang melihatnya karena melihat hewan yang aneh seperti kera."

Namun, pendapat ini lemah sebab bertentangan dengan hadits Abu Ayyub dan atsar Umar bin Khaththab di atas.

Pendapat kedua

Pendapat ini dikuatkan oleh Imam Thahawi , beliau mengatakan setelah membawakan hadits Abu Ayyub , "Dalam hadits ini Nabi SAW menetapkan adanya hantu, namun dalam hadits-hadits sebelumnya Nabi SAW meniadakannya. Mungkin seorang akan mengatakan bahwa ini adalah kontradiksi antara hadits Nabi  SAW. Kita jawab: Tidak ada kontradiksi antara keduanya karena bisa jadi hantu memang ditetapkan dalam hadits Abu Ayyub namun setelah itu diangkat oleh Allah sebagaimana dalam hadits Jabir Inilah metode yang paling baik untuk mengkompromikan antara hadits-hadits ini." Pendapat ini juga dikuatkan oleh Ibnu Malik.

Namun, pendapat ini juga lemah karena tidak ada dalil yang jelas akan adanya nasikh mansukh (ada yang menghapus dan dihapus).


Pendapat ketiga

Mayoritas ulama mengatakan bahwa maksud Nabi SAW "Tidak ada Ghul" bukan berarti tidak ada wujud hantu, tetapi maksud Nabi SAW adalah meniadakan kepercayaan dan khurafat yang beredar di masa jahiliah (hingga sekarang) -bahwa hantu makan manusia, menyesatkan manusia di jalan, bebas menjelma seenaknya, dan sebagainya.

Pendapat ini adalah pendapat yang lebih kuat ditinjau dari beberapa alasan sebagai berikut:

1. Tidak terbukti secara syar'i, akal, dan fakta bahwa hantu memakan manusia, penampakan di lembah-lembah seperti khurafat-khurafat yang beredar.

2. Nabi SAW mengiringkan peniadaan hantu dengan peniadaan penyakit menular, bulan Shafar, dan thiyarah (merasa sial) padahal Nabi SAW juga menetapkan adanya penyakit menular, sehingga para ulama menjelaskan bahwa maksud ucapan Nabi SAW bahwa tidak ada penyakit menular yakni keyakinan jahiliah bahwa penyakit itu menular dengan sendirinya, bukan berarti tidak ada penyakit menular sama sekali.1

Ibnu Jarir ath-Thabari SAW mengatakan, "'Dalam sabda Nabi SAW 'Tidak ada Ghul/hantu' terdapat penjelasan bahwa Nabi SAW membatalkan kepercayaan jahiliah tentang hantu bahwa mereka bisa menolak bahaya dan memberikan manfaat tanpa campur tangan Allah SWT. Oleh karena itu, Nabi SAW mengiringkannya dengan kepercayaan bangsa Arab lainnya bahwa hal-hal tersebut bisa membahayakan dan bermanfaat dengan sendirinya seperti penyakit menular, bulan Shafar, dan thiyarah."

3. Imam Nawawi  berkata, "Mayoritas ulama mengatakan, 'Bangsa Arab berkeyakinan bahwa hantu dari jenis setan di lembah-lembah bisa menjelma dengan berbagai bentuk lalu menyesatkan jalan mereka lalu membinasakan mereka. Oleh karenanya, Nabi SAW membatalkan hal itu. Ulama lainnya mengatakan, 'Maksud hadits ini bukanlah peniadaan wujudnya hantu, melainkan maksudnya adalah membatalkan keyakinan orang Arab bahwa hantu bisa menjelma dalam berbagai bentuk lalu menyesatkan manusia."

4. Dalam beberapa hadits dari Abu Ayyub , Ubai bin Ka'ab , dan sebagainya ditunjukkan bahwa maksud peniadaan dari hantu adalah bukan peniadaan wujud mereka, melainkan keyakinan orang Arab tentang hantu. As-Suhaili berkata, "Makna 'Tidak ada Ghul/hantu' adalah Nabi SAW membatalkan keyakinan jahiliah seputar dongeng-dongeng dan khurafat tentang hantu." Al-Baghawi juga berkata, "Sabda Nabi SAW "Tidak ada Ghul/hantu" bukanlah berarti tidak ada wujud hantu, melainkan maksudnya adalah tidak ada kepercayaan Arab yang mengatakan bahwa hantu bisa menjelma kepada manusia dengan berbagai bentuk lalu menyesatkan mereka dan membinasakan mereka. Syari'at mengabarkan bahwa hantu tidak mungkin bisa melakukan semua itu berupa penyesatan dan kebinasaan kecuali dengan izin Allah."



Kiat-kiat agar terhindar dari gangguan hantu. Bagaimana caranya? Ikutilah petunjuk berikut:

1. Membaca nama Allah

Dalam hadits Abu Ayyub di atas dikisahkan bahwa Nabi SAW bersabda:"Katakanlah bismillah (dengan nama Allah), penuhilah Rasulullah SAW"

2. Membaca Ayat Kursi

Dalam hadits Abu Ayyub SAW di atas juga disebutkan bahwa hantu yang ditangkapnya mengatakan pada Abu Ayyub "Lepaskanlah aku dan saya akan mengajarkan kepadamu sebuah ucapan yang jika engkau membacanya niscaya engkau tidak diganggu oleh setan yaitu bacaan Ayat Kursi." Abu Ayyub lalu datang kepada Nabi seraya mengatakan omongan hantu tersebut, lalu Nabi SAW bersaba: Dia benar dalam hal ini, padahal dia adalah pembohong.

3. Berdzikir dan melakukan ketaatan

Hal ini berdasarkan sabda Nabi
"Jangan jadikan rumah kalian seperti kuburan. Sesungguhnya setan lari dari rumah yang dibacakan di dalamnya Surat al-Baqarah." (HR. Muslim: 1860)

At-Turkumani SAW pernah bercerita bahwa salah seorang gurunya sering diganggu oleh hantu ketika malam hari sehingga melempari batu dan membuat penghuni rumah takut, lalu beliau dan rekannya pergi ke rumah sang guru dan membaca Surat al-Baqarah secara sempurna kemudian berdoa. Setelah itu, rumah tersebut tidak lagi diganggu oleh hantu. Semua itu adalah karena keberkahan al-Our'an.

4. Menghilangkan rasa takut terhadap hantu

Inilah wasiat Umar bin Khaththab  tatkala mengatakan, "Buatlah hantu takut kepada kalian sebelum mereka membuat kalian takut."

5. Tidak bergadang larut malam

Hal ini berdasarkan hadits:
“Janganlah kalian bergadang ketika malam sudah sunyi/hening, karena kalian tidak tahu apa yang Allah datangkan dari makhluk-Nya."

6. Mengumandangkan adzan

Ada beberapa hadits yang lemah tentang masalah ini, tetapi ada hadits yag shahih yang dijadikan dasar oleh ulama dalam masalah ini yaitu: 

“Sesungguhnya apabila muadzin mengumandangkan adzan maka setan akan lari dengan terkentut-kentut."
Abu Awanah mengatakan setelah meriwayatkan hadits ini, “Dalam hadits ini terdapat dalil bahwa seorang apabila merasa ada hantu atau mendapati orang yang kesurupan lalu dia adzan maka setan akan lari darinya.” Dan ini juga didukung oleh atsar Umar bin Khattab yang lalu, karena atsar tersebut adalah shahih, dan sekalipun hanya sampai kepada Umar (mauquf) namun hukumnya marfu’ (sampai kepada Nabi SAW)

Demikianlah pembahasan singkat tentang hantu. Kita berdo’a kepada Alloh SWT agar menjaga kita semua dari godaan setan yang terkutuk dan memberikan kita semua kebahagiaan dan ketenteraman di dunia dan akhirat. Amin ya Rabbal alamin.

0 komentar:

Posting Komentar